Fenomena Hujan dalam Al Qur'an
Hujan merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT bagi semua makhluk. Tetesan air dari langit ini menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Berkat kekuasaan Allah, setiap saat miliaran liter air berpindah dari laut menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung pada daur ini.
Harun Yahya dalam The Signs in The Heavens and The Earth for Men of Understanding menjelaskan kekuasaan Allah dalam menciptakan hujan. Ia membuktikan kebenaran dan kesesuaian Al Qur'an yang menjelaskan fenomena hujan ini dengan sains modern. "Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi." paparnya. Tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan. Setiap tahun 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air ini dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan dengan 3-4 miliar liter air dimanfaatkan manusia.
Untuk itulah Al Qur'an mengajak manusia mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah. "Maka terangkanlah kepadaKu tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka kenapa kamu tidak bersyukur?" Rurat Az Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan dengan "menurut kadar". Dalam ayat itu Allah berfirman, "Dan yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperlukan)." Harun Yahya menjelaskan bahwa firman Allah itu sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.
Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat antara lain berhubungan dengan ukuran kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 m akan mengalami percepatan terus menerus dan akan sampai di bumi dengan kecepatan 558 km/jam. Akan tetapi untuk hujan rata-rata kecepatan jatuhnya hanyalah 8-10 km/jam. air hujan jatuh ke bumi dengan kecepatan rendah ini disebabkan karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan rendah.Harun menuturkan, "Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap kali hujan turun. "Ia menambahkan, dalam 1 detik kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah itu, sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam 1 detik. Dalam 1 tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505 x 1.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takarannya tersebut.
Yang tak kalah menarik untuk dicermati, Al Qur'an menjelaskan air hujan adalah "tawar". Dalam surat Al Waaqi'ah ayat 68-78, secara tak langsung Allah telah menyatakan bahwa air hujan yang dinikmati manusia rasanya tawar. "...Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?" Secara tegas dalam surat Al Mursalat ayat 27, penjelasan tentang air tawar dijelaskan. "...dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar." Tak hanya tawar, air yang diturunkan Allah pun dijamin bersih. Dalam surat Al Furqan ayat 28 Allah berfirman, "....Kami turunkan dari langit air yang amat bersih." Ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan kebenarannya dalam sains. Seperti diketahui, 97% air hujan berasal dari penguapan air laut yang asin. Lalu mengapa ketika turun ke bumi dalam bentuk air hujan yang atawar? Harun menuturkan, air hujan bersifat tawar karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan oleh Allah.
Berdasarkan hukum ini, dari manapun asal penguapan air, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur, air yang mnguap tidak pernah mengandung bahan lain," paparnya. Harum nengungkap, air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih, sesuai ketentuan Allah yang telah dijelaskan dalam surat Al Furqan dia atas. Kebenaran Al Qur'an juga telah diakui para scientist Barat. Prof. Alfred Kroner, guru besar , mengaku terkagum-kagum dengan isi Al Qur'an yang mampu menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta. "Jika memikirkan dari mana Muhammad berasal, saya berpikir hampir tidak mungkin dia telah mengetahui banyak hal tentang asal mula alam semesta," paparnya.
Atas dasar itu, Prof. Kroner juga meyakini bahwa Al Qur'an yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah firman yang berasal dari Tuhan. Hal senada diungkapkan Prof. Yushidi Kusan, direktur "Saya sangat terkesan dengan fakta-fakta astronomi dalam Al Qur'an yang terbukti kebenarannya. Kami, para astronom modern, baru mempelajari secuil saja tentang alam semesta."ungkapnya. "Dengan membaca Al Qur'an dan menjawab pertanyaan, saya kira dapat menemukan jalan di masa depan untuk menginvestigasi alam semesta."
awan cumulonimbus |
Kalangan ilmuwan telah meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang terdorong angin. Awan Cumulonimbus, terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan. Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Al Qur'an menjelaskan secara akurat dalam surat An Nur ayat 43. "Tidaklah kamu melihat Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celahnya..."
Menurut Harun Yahya, manusia baru mengetahui tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Al qur'an telah menjelaskan secara detail pada 14 abad yang lalu. Berdasarkan pengamatan radar, pembentukan hujan terjadi dalam 3 tahap. Pertama, pembentukan angin. Kedua, pembentukan awan. Ketiga, turunnya hujan. Jauh sebelum manusia mengetahui itu, Allah dalam surat Ar Ruum ayat 48 berfirman, "Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannyadi langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya tiba-tiba mereka menjadi gembira."
Ayat tersebut sangat sesuai dengan pantauan radar cuaca. Tahap pertama pembentukan hujan dijelaskan lewat, "Allah, Dialah yang mengirimkan angin...." Tahap kedua dijelaskan dalam, ".....lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...." Tahap ketiga, "....lalu kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya."
Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu..